Hari Kunjung Perpustakaan, Ayo Main Ke Perpus!
Oleh
Kategori Program Panti Kebutuhan
Perpustakaan layaknya lautan luas penuh dengan ilmu pengetahuan dari segala penjuru dunia. Baik ilmu dalam merawat seorang ibu hamil hingga merawat lansia. Tidak menutup kemungkinan banyak hal baru yang akan kita temui jika kita mau menyelami perpustakaan itu, dan akan tenggelam dalam pengetahuan.
Tepat tanggal 14 September 1995, Presiden kedua Indonesia, Bapak Soeharto menetapkan 14 September sebagai Hari Kunjung Perpustakaan. Pada zaman dahulu, hari kunjung perpustakaan juga dijadikan sebagai gerakan untuk mencanangkan gerakan Bulan Gemar membaca, yaitu bulan September.
Berbagai kegiatan diadakan setiap perpustakaan dari setiap daerah untuk menyambut hari kunjung perpustakaan nasional. Seperti perpustakaan kota Yogyakarta menggelar beragam kegiatan seperti Festival Literasi berupa Sanggar Jurnalistik bagi remaja, yang dimulai sejak tanggal 13 September 2018 hingga 14 September 2018. Pada tanggal 14 September adalah acara puncak dari gelaran Hari Kunjung Perpustakaan, dengan kegiatan yang mengusung tema Semarak Hari Kunjung Perpustakaan.
Di Ibu Kota Jakarta sendiri pun ikut menyemarakkan hari kunjung perpustakaan menggelar kegiatan Perpus Expo sekaligus dalam menyanbut bulan Gemar membaca. Tema yang diusung pada tahun ini adalah Pustakawan Dalam Literasi Informasi. Di dalamnya sangat banyak kegiatan positif yang dilaksanakan pada Hari Kunjung Perpustakaan di Perpustakaan Nasional, yang bertempat di Jl. Salemba Raya. Diantaranya adalah pameranj, bazaar kuliner, talkshow, workshop, story telling, library tour, lomba menggambar, literasi Perpusnas oleh Reboeng, hingga peluncuran web Tokoh Film oleh Slamet Rahardjo dan Mieke Widjaya.
Rangkaian kegiatan itu guna mengningkatkan minat baca untuk masyarakat. Sebuah studi dari Central Connecticut State University di tahun 2016 mengenai “Most Literate Nations in the World”, menempatkan Indonesia sebagai negara ke-60 dengan minat baca terendah dari 61 negara.
Rata-rata orang Indonesia hanya membaca buku 3-4 kali per minggu, dengan durasi waktu membaca per hari rata-rata 30-59 menit. Pernyataan itu diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia.
“Itu berdasarkan hasil penelitian perpustakaan nasional tahun 2017,” jelas Puan.
Hasil survey pada tahun 2011 dari salah satu lembaga PBB, yakni Unesco menyatakan bahwa hasil survey minat masyarakan indonesia hanya 0,001%, yang artinya 1 dari 1000 orang yang memiliki minat baca yang tinggi. Faktanya, semua negara maju memiliki minat baca yang tinggi. Misalnya Jepang, minat bacanya bisa mencapai 15-18% per tahun.
Data dari Badan Pusat Statistik indonesia mengatakan, bahwa Indonesia belum menjadikan kegiatan membaca sebagai prioritas dalam mencari informasi. Sebanyak 91,68% penduduk yang berusia 10 tahun ke atas menyukai menonton televisi, dan hanya 17,66% yang menyukai membaca buku, surat kabar atau majalah.
Melihat fenomena yang terjadi di Indonesia, harusnya kita makin terpacu untuk meningkatkan minat baca. Mulailah dari diri sendiri untuk lebih menyukai membaca buku ketimbang menghabiskan waktu dengan hal lain yang mungkin kurang bermanfaat.
Jadikan budaya membaca sebagai salah satu cara memajukan bangsa, tentunya minat baca akan lebih efektif digalakkan sejak usia dini. Jika sudah ditanamkan sejak kecil, tentunya kebiasaan membaca ini akan terus terbawa hingga dewasa. Begitu pula adik-adik panti asuhan yang notabenenya adalah anak-anak. Menjadi sebuah wadah yang potensial meningkatkan minat baca adik panti, agar menjadi sebuah gebrakan besar di masa nanti sebagai pengdongkrak tingkat minat baca di Indonesia.
Tidak sedikit panti asuhan yang membuka ruang membaca sebagai wujud dari perpustakaan untuk adik-adik panti menggali seluruh ilmu dan informasi dari seluruh dunia.
Yuk, rangkul adik-adik panti jadi penerus bangsa yang berbudaya membaca dengan main ke perpustakaan, karena perpustakaan adalah tempat untuk memenuhi dahaga ilmu.
Febrimantara/kapilerindonesia