Nenekku Inspirasiku: Yayasan Ukhuwah Sosial Lestari
Oleh
Kategori Kunjungan ke Panti Program Panti Kebutuhan
Menapaki dunia sosial sebagai karir merupakan jalan hidup yang dipilih oleh Bapak Yusuf Jamal, hal ini terinspirasi dari sang nenek yang juga pemilik sebuah panti asuhan Al Barokah, yang berlokasi di Pasar Jumat, Jakarta.
“Setelah tamat PGA saya melanjutkan ke universitas Muhammdiyah fakultas ilmu sosial di Limo. Jadi mungkin ilmu itu yang mendorong saya, untuk berdedikasi dalam dunia sosial. Kemudian tahun 1976 saya mengawali karir sosial saya di panti asuhan yatim piatu nenek saya yang bernama panti asuhan al barokah di Pasar Jumat,” tutur Pak Yusuf Jamal saat ditemui tim Kapiler di Yusoli.
Setelah menyelesaikan studinya di Muhammadiyah sebagai sarjana sosial, mendorongnya untuk berdedikasi dalam dunia sosial yang sesungguhnya. Tahun 1976 Pak Yusuf Jamal benar-benar meniti karir sosialnya di yayasan yang dia bangun sendiri dari nol. Komplek Lestari menjadi destinasi baru bagi Pak Jamal untuk meluruskan niatnya, mendirikan sebuah lembaga sosial.
Banyaknya kaum dhuafa, anak yatim di komplek Lestari, menjadi landasan besar bagi Pak Jamal untuk segera mendirikan yayasan bagi anak-anak yatim di tempat tinggalnya. Yayasan Ukhuwah Sosial Lestari atau Yusoli, sebuah nama yang diberikan pada yayasan yang dibangun Pak Jamal, dan nama lestari diambil dari nama kompleks dia tinggal.
“Saya memisahkan diri dari panti asuhan nenek saya dan mendirikan Yayasan Ukhuwah Sosial Lestari, diambil dari nama kompleks tempat saya tinggal,” ujar pendiri Yusoli, Yusuf Jamal.
Langkah pertamanya dengan mengumpulkan anak-anak yatim dan dhuafa, untuk mengaji bersama. Sebagai tahap awal untuk mengetahui mana saja anak yang memiliki kekurangan. Niat besar Pak Jamal tidak hanya sekedar merangkul para anak yatim dan dhuafa, tapi juga mencoba pintu bagi masyarakat yang mampu lebih mudah bersedekah. Sekaligus meningkatkan kesadaran bahwa masih banyak yang membutuhkan bantuan di daerah sendiri.
“Dari pada mereka mereka salurkan zakat mereka ke mana-mana, lebih baik di utamakan di lingkungannya sendiri dulu. Tidak ada salahnya jika saya mencoba membantu mengkoordinir bantuan tersebut dan mengabdikan diri pada dunia sosial untuk masyarakat,” jelas Pak Jamal.
Dengan niat tulusnya tidak serta merta Yusoli dapat diterima di lingkungan masyarakat. Banyak pandangan miring tentang Yusoli yang tersebar di masyarakat. Tapi semua ditepis Pak Jamal dengan tetap dijalankannya proses pengasuhan anak, seperti mengaji, belajar bahasa inggris, dan pelajaran akhlak yang mungkin kurang didapatkan anak-anak di sekolah.
Seiring berjalannya waktu, tahun 1989 menjadi tahun diresmikannya Yusoli dengan pembuatan akte notaris. Berangkat dari peresmian Yusoli, Pak Jamal mulai mencari para orang-orang baik yang siap membantunya membangun Yusoli, dengan merekrut tenaga pengurus sekaligus untuk merumuskan bagaimana cara pembinaan yang tepat dengan kondisi anak-anak di kompleks Lestari.
Berbeda dengan sang nenek, Pak Jamal mendirikan sebuah yayasan non panti. Menurutnya, sebaik-baiknya adalah tinggal bersama orang tua. Sesuai dengan yang dianjurkan Permensos, bahwa anak lebih baik tinggal bersama orang tuanya. Panti asuhan diposisikan sebagai alternatif terakhir.
“Dianjurkan dari permensos, anak-anak lebih baik tinggal bersama orang tuanya. Kalau memang anak itu sudah bergejolak tentang psikologisnya, baru alternatifnya ke panti asuhan, idelanya seperti itu menurut saya,” katanya.
Selain memajukan dan menciptakan lingkungan yang bersih dan kondusif bagi anak-anak Yusoli, Pak Jamal pun tidak lepas untuk mengamati lingkungan sekitar yayasan yang berada di tengah kota. Rentannya pergaulan anak-anak kota, menjadi perhatian baginya, untuk membuat peraturan yang wajib diikuti setiap anak asuhnya. Tidak merokok dan tidak main di malam hari. Mengingat banyaknya kasus pelecehan dan kekerasan yang terjadi pada anak. Tujuannya hanya untuk melindungi anak asuhnya dari hal yang berdampak negatif.
“Di jakarta sini sangat rentan masalah pergaulan. Sangat riskan pergaulannya. Apalagi lingkungan Yusoli di sini kan, ada mal, dulu ada stadion bola. Kita juga kerjasama sama RT dan RW, minta bantuan pengawasan anak-anak. Jadi lingkungan harus kita buat sehat,” ungkap Pak Jamal.
Untuk mengantasipasi semua potensi masalah soal pergaulan dan pengawasan kepada anak-anak, kegiatan anak-anak setelah sekolah pun setiap hari digiatkan para pengurus dan tenaga pengajar. Tenaga pengajar di sini banyak dari mahasiswa yang mau melakukan kegiatan sosial dengan cara mengajar anak-anak Yusoli. Para tenaga pengajar ini datang ke Yusoli karena memiliki niat tulus ingin membantu karena memang tidak ada ketetapan untuk pembayaran bagi para tenaga pengajar.
Selain kegiatan untuk anak-anak, Yusoli juga memberikan pengarahan serta kegiatan bagi para orang tua anak asuh. Seperti kegiatan mengaji dan rekreasi bagi mereka. Kegiatan seperti konseling pun rutin dilaksanakan, karena setiap orang tua punya kendalanya masing-masing dalam mengasuh anak. Ini semua demi terciptanya sinergi antara Yusoli dengan keluarga dari anak asuhnya.
Rumah tempat anak-anak belajar dan melakukan kegiatan lain juga sebagai tempat tinggal dari Pak Jamal dan keluarga. Tentunya banyak kebutuhan dari Yusoli terutama dari segi faislitas yang masih dibutuhkan untuk menunjang kegiatan dari yayasan miliknya tersebut. sebagai pendiri serta ketua dari Yusoli, tentunya Pak Jamal sangat ingin memberikan yang terbaik pula kepada tenaga pengajar. Setidaknya bisa memberikan sedikit uang saku, sebagai hasil dari waktu, ilmu dan tenaga yang meraka berikan kepada seluruh anak asuhnya.
Baginya, menggalang dana ke warga bukanlah yang utama, tapi menjalin hubungan baik dengan orang-orang baik yang peduli dengan panti asuhan, seperti kapiler dan komunitas sosial lainnya, yang selalu dia bina dengan baik.
Harapan besar Pak Jamal bagi seluruh anak asuhnya jikalau sudah lulus dari masa pengasuhan Yusoli, menjadi pribadi yang soleh serta berakhlakul karimah atau memiliki akhlak yang mulia dan mampu mandiri secara finansial. Berkah yang luar biasa bagi Pak Jamal dan pengurus Yusoli, apabila bisa melihat anak asuhnya menjadi orang yang sukses baik batin dan karir.
Febrimantara/Kapilerindonesia