15 11-18

Krisis Kedekatan Emosional Anak Dengan Orang Tua

avatar

Oleh   Marketing Team

Kategori   Program Panti Kebutuhan

Rasa sayang dan kedekatan emosionnal seorang anak-anak dengan orang tuanya bisa berkurang karena kurangnya intensitas interaksi, komunikasi, tatap wajah dalam jangka waktu tertentu, terutama  dengan jangka yang lama.

Beberapa fakta pengikisan kedekatan terhadap orang tua seperti yang terjadi pada anak-anak di panti asuhan. Banyak faktor yang bisa mengakibatkan hal itu terjadi. Apalagi di kasus anak yang tinggal di panti asuhan

Seperti yang kita ketahui anak-anak di panti asuhan datang dari berbagai macam latar belakang masalah yang dialami, di dalam keluarganya. Ada yang datang ke panti karena dia anak yatim, dhuafa, atau keadaan orang tua yang tidak memungkinkan untuk mengurusnya. Walaupun apabila diukur secara umum, semua karena masalah ekonomi.

Tetapi apakah dengan dititipkannya anak ke lembaga panti asuhan mengatasi semua masalah? Untuk masalah pengasuhan dan pendidikan bisa dikatakan dapat teratasi. Namun ada satu hal yang menjadi perhatian bagi sebagian besar panti asuhan. Yaitu kurangnya kedekatan emosional si anak kepada orang tua kandungnya, karena waktu untuk saling berkomunikasi orang tua dan anak yang sangat minim.

Dari suatu penelitian (Searight, Thomas, Manley & Ketterson dalam Zahra, 2005:17) dijelaskan bahwa komunikasi antara orang tua dan anak merupakan aspek yang amat penting dalam proses pendidikan anak agar dapat tumbuh menjadi remaja dan orang dewasa yang mandiri. Sedikit penjelasan seorang ahli tersebut, tentu bisa kita artikan seberapa penting kualitas komunikasi antara orang tua dan anak, hingga bisa memengaruhi tumbuh kembangnya.

Pada realitanya masih banyak panti asuhan yang kurang memprhatikan aspek tersebut. hal tersebut bisa terjadi karena kurangnya pemahaman tentang pentingnya intensitas komunikasi orang tua dengan anak, atau memang ada orang tua yang sudah diberikan waktu untuk bertemu dan melepas rindu kepada anaknya namun tidak dimanfaatkan dengan baik karena alasan tertentu.

Salah satu contoh ada di panti asuhan Darul Ilmi Muhammadiyah Depok. Sempat terjadi kasus seorang anak asuh yang tidak mau diantar pulang ke rumahnya bahkan sampai menangis karena menolak pulang, karena sang anak lebih nyaman tinggal di panti asuhan, ketimbang tinggal di rumah bersama orang tuanya.

Hal ini tentu harus menjadi konsen panti asuhan dalam merancang program terkait dalam menjaga hubungan baik antara anak dengan orang tua kandungnya. Karena itu bisa membuat tujuan dari panti asuhan tidak tercapai. Hampir setiap pengurus di setiap panti asuhan punya tujuan bahwa anak asuhnya bisa berguna untuk keluarga, setelah keluar dari panti asuhan.

Namun apa jadinya bila sang anak telah kehilangan rasa sayang dan cintanya kepada orang tua kandungnya karena terkikis sedikit demi sedikit oleh putusnya tali silaturahmi dan rasa nyaman tanpa kehadiran orang tuanya.

Ada yang harus dibenahi dari sistem yang ada di panti asuhan. Baik itu program untuk pulang kerumah dalam sebulan atau orang tua yang menginap di panti asuhan untuk melihat kegiatan sehari-hari anaknya dan bisa menemaninya tidur.

Sesuai peraturan dari Kementrian Sosial, No. 30 / HUK/ 2011 tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, bahwa peran dari panti asuhan yang termasuk dalam Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus mengedepankan pendekatan berbasis keluarga. Jadi dari peraturan dari instansi terkait pun, panti asuhan menjadi pusat pelayanan anak dan keluarganya.

Yuk kita dukung semua panti asuhan menjadi sadar akan pentingnya kedekatan anak asuh dengan orang tua kandung, dengan berlandaskan pendekatan berbasis keluarga. Bersama Kapiler sejahterakan dan berdayakan panti asuhan. Panti Go Digital!

 

Febrimantara/Kapilerindonesia

 

Sumber:

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 30 / HUK / 2011 TENTANG STANDAR NASIONAL PENGASUHAN ANAK UNTUK LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK

 

Untuk memberikan komentar anda harus login terlebih dahulu

Komentar

Belum ada komentar :(