Makna Lain New Normal Pasca Krisis Coronavirus
Oleh
Kategori Kebutuhan
Di tengah krisis kesehatan global karena Covid-19, ketidakpastian dan kekecewaan merupakan hal yang tidak terhindarkan. Tapi kita tidak harus mengubahnya menjadi derita tambahan, cukup mengambil langkah penanggulangan yang diperlukan, menurut artikel Psychology Today.
Berbagai perubahan yang terjadi, sebagian dikutuk, sebagian disyukuri. Banyak perdebatan muncul, misalnya, mengenai apakah virus ini merupakan obat bagi bumi. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah:
Apa pelajaran yang bisa kita ambil dari segala perubahan yang terpaksa dilakukan?
Ternyata banyak hal yang kita anggap penting jadi terasa tidak penting lagi. Dunia bergerak dalam pola hidup baru. Pergi ke mall untuk belanja baju baru? Lupakan. Tas bermerk mahal? Tidak bisa melindungi kita dari sakit. Jalan-jalan ke luar kota atau luar negeri? Bukan lagi sesuatu yang diirikan orang, tapi merupakan kegiatan berpotensi bahaya.
Tidak semua perubahan itu buruk atau menakutkan. Ada beberapa hal yang bisa, bahkan perlu dipertahankan setelah krisis ini berlalu.
Baca juga: Sisi Gelap Vlog Keluarga di YouTube
1. Membeli barang produk lokal
Pandemi menyebabkan jalur transportasi internasional banyak ditutup, memengaruhi banyak bisnis yang mengandalkan bahan baku impor. Hal ini memaksa orang mencari alternatif lain untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk beralih ke merk produksi lokal.
- Mengurangi membeli sesuatu hanya karena ingin, dan bukan butuh
Kebiasaan konsumtif hanya karena tuntutan gaya hidup, terlihat mewah di media sosial menjadi tantangan anak muda di generasi kini. Apakah itu masih penting? Rasanya konyol bertahan dengan pemikiran bahwa kita masih akan punya uang untuk difoya-foya bulan depan, setelah adanya pengalaman pemutusan hubungan kerja yang menimpa banyak orang.
- Pentingnya memiliki dana darurat
Dana darurat dalam artian bukan hanya untuk diri sendiri, tapi untuk bisa membantu orang lain yang kesusahan. Berapa banyak kenalan, teman, keluarga yang kita kenal dekat usahanya terkena dampak? Karyawan yang dirumahkan tanpa gaji, atau bahkan mengalami pemutusan hubungan kerja? Ucapan empati baik, namun lebih baik lagi jika bisa menenangkan keresahan mereka bagaimana memberi makan keluarga.
- Menemukan beragam cara untuk berbuat baik dan membantu sesama
Sesederhana mengirim lauk makan malam ke rumah tetangga, bisa jadi meringankan pekerjaan memasak para ibu yang kelelahan setelah seharian mengawasi anaknya belajar. Menyediakan minum untuk bapak pengantar paket yang terus bekerja di luar sementara kita bekerja dari rumah. Kebiasaan berbuat baik seharusnya tidak berkurang, hanya caranya berubah bentuk.
- Lebih menghargai para pekerja vital: dokter, petugas pengantar paket, guru dan lainnya.
Kalimat terima kasih kepada para pahlawan pejuang garda terdepan Covid-19 bertebaran di mana-mana di media sosial. Jangan sampai hal ini hanya menjadi euforia yang berlangsung sesaat, sepanjang trennya masih hangat. Di masa depan ketika dokter dan perawat tidak lagi mengenakan APD lengkap dengan pelindung wajah, sapalah mereka dan bersikap santun ketika mengajukan pertanyaan saat kunjungan ke rumah sakit. Hal-hal kecil yang sering luput dari perhatian.
Orangtua merasakan repotnya mengajari anak di rumah ketika sekolah daring? Kurangi protes-protes tidak penting seperti, “Mengapa nilai anak saya segini?” ketika hasil ujian si anak tidak memuaskan. Bersikap lebih menghargai guru sekolah yang mendampingi bukan hanya satu dua, tapi belasan bahkan puluhan anak dalam satu kelas setiap harinya.
Satu-satu, mari jadi bagian dari orang-orang yang menyalakan lilin dalam kegelapan. Bulan Ramadan dan Lebaran yang terasa berbeda juga sudah pergi, tapi semangat kebaikannya jangan sampai ikut berlalu. Yuk berbagi juga dengan adik panti asuhan melalui Jumat Bergizi.
Khonza Hanifa/Kapilerindonesia