25 08-20

Sekolah di Rumah: Tantangan Kebanyakan Multitasking

avatar

Oleh   Development

Kategori   Program Panti

Fenomena sosial yang terjadi selama masa pandemi, sekolah daring di rumah yang dimulai di bulan Maret 2020 disusul istilah working from home yang menjadi marak karena banyak pekerja kantoran jadi bekerja dari rumah masing-masing (termasuk kakak-kakak di Kapiler juga) meskipun kini sudah mulai banyak yang kembali melalui hari di kantor.

Kemendikbud berencana mulai membuka kembali sekolah pada pada wilayah dengan zona kuning dan hijau pandemi, meskipun hal ini masih banyak menuai pro kontra. Menurut perwakilan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) seperti diliput Tirto, pada konferensi pers virtual (17/08/2020) sejak Maret sampai 10 Agustus 2020 tercatat 11.708 anak suspek Covid-19, sebanyak 318 diantaranya meninggal dunia, dan pembukaan sekolah masih terlalu berisiko, apalagi untuk anak usia SD yang lebih sulit diatur terkait protokol kesehatan. 

Dengan kondisi yang ada, pembukaan sekolah secara keseluruhan belum pasti kapan dapat dilaksanakan. Berdasarkan data survei yang dihimpun KPAI dari 1700 siswa sekolah terkait pembelajaran daring, mayoritas pelajar (95,4%) menggunakan HP untuk belajar, sisanya menggunakan laptop dan komputer. Sebanyak 79,9% mengaku pembelajaran jarak jauh terjadi tanpa interaksi guru dan murid, hanya berupa pembagian dan penyerahan tugas sekolah.

Keluhan juga datang dari hal lain seperti suasana rumah yang kurang mendukung untuk belajar. Lalu bagaimana mengatasinya? Mari kita simak tips berikut.

  • Kurangi distraksi

Lakukan sesuai kondisi; kalau menggunakan HP matikan dulu notifikasi media sosial selama mengerjakan tugas atau belajar, kalau pakai laptop, jangan sambil bukan aplikasi chat di web browser kecuali diperlukan sebagai penunjang kegiatan.

  • Buat tempat khusus untuk belajar

Tidak semua orang punya meja belajar sendiri di kamar. Membuat ‘pojok belajar’ di sudut ruang tamu atau ruang keluarga bisa jadi pilihan. Letakkan barang-barang yang dibutuhkan di tempat yang mudah dijangkau.

Kalau tempat yang ada terbatas, di kamar juga tidak masalah, asal berbeda dengan tempat kita biasa bersantai.

  • Menggunakan timer

Pilihan ini bisa menjadi alternatif untuk mereka yang suka keteraturan. Triknya adalah membuat suasana semirip mungkin dengan keteraturan jadwal yang biasa didapatkan di lingkungan gedung sekolah. Selain ketika jam belajar tatap muka bagi yang ada kelas virtual, saat mengerjakan tugas; pasang waktu mulai, waktu selesai, waktu istirahat, dan tepati waktu tersebut.

 

Mengapa dengan Multitasking?

Menurut peneliti neurosains dari MIT, Earl Miller dalam artikel Psychology Today, otak kita sebenarnya:

”Tidak diprogram untuk melakukan multitasking dengan baik..ketika orang berpikir mereka melakukan multitasking, mereka sebenarnya hanya beralih dari satu tugas ke tugas lainnya dengan sangat cepat. Setiapkali kita melakukan itu, ada kerugian kognitif yang terjadi.”

Apa yang dimaksud dengan kerugian kognitif?

Berdasarkan penelitian di University College London, pecah fokus yang terjadi akibat berlebihan multitasking dapat menyebabkan penurunan IQ setara dengan orang yang melewatkan waktu tidur semalaman.  Dampak lain berupa peningkatan produksi hormon kortisol, atau dikenal sebagai hormon stres, yang bukan hanya menambah beban otak kita, tapi juga meningkatkan kelelahan mental.

Walaupun banyak keadaan di tahun 2020 yang terjadi diluar perkiraan dan tidak bisa kita kontrol, kita tetap harus belajar beradaptasi agar terus produktif.  Kakak juga bisa berpartisipasi membantu adik panti yang butuh gawai untuk produktif belajar di masa PJJ. Klik di sini untuk donasi dana, dan  isi form donasi gawai  untuk yang ingin menyumbangkan gawai bekas dengan kondisi baik.

 

Khonza Hanifa/Kapilerindonesia

Untuk memberikan komentar anda harus login terlebih dahulu

Komentar

Belum ada komentar :(